Selasa, 08 Juni 2010

Indonesia Miliki Lembaga Keuangan Syariah Terbanyak Se-Dunia

Indonesia Miliki Lembaga Keuangan Syariah Terbanyak Se-Dunia
BANDUNG, KAMIS — Meski bergerak lambat dalam perkembangan ekonomi syariah, saat ini Indonesia menjadi negara dengan jumlah bank dan lembaga keuangan yang berlandaskan sistem syariah terbanyak di dunia.

"Hal ini terbukti dengan hadirnya 33 bank, 46 lembaga asuransi, dan 17 mutual fund yang menganut sistem syariah," kata pakar ekonomi syariah sekaligus Direktur Tazkia Institute Dr Syafi’i Antonio pada seminar "Rekonstruksi Pemikiran Ekonomi Syariah dan Implementasinya" di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Rabu, seperti ditulis situs web Unpad.

Dikatakan, lambatnya pergerakan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia disebabkan adanya dualisme antara kaum ulama dan para ekonom yang sibuk pada bidangnya masing-masing.

Ulama hanya bergaul pada masalah akidah, ibadah, munakalah, dan jinayah, sedangkan pengetahuan mengenai mualamah dan transaksi bisnis sangat minim. "Sementara para ekonom, ahli di bidang fiskal, moneter, dan masalah finansial lainnya minim mempelajari syariah," kata Dr. Syafi’i Antonio di hadapan Rektor Unpad Prof Dr Ir Ganjar Kurnia, DEA dan unsur pimpinan Unpad, para guru besar, dan mahasiswa.

Penulis 12 buku perbankan dan leadership dan komite ahli Bank Indonesia itu memaparkan materi berjudul "Islamic Finance, Global Development, Local Challenges, and HRD Opportunities".

Masalah tersebut, kata Syafi’i Antonio belum ditambah dengan kurangnya keberanian Indonesia mendirikan bank Islam. Padahal, Indonesia disebut-sebut sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. "Hal ini berbeda dengan yang dilakukan Inggris. Negara dengan minoritas umat Muslim itu justru berani mendirikan Islamic Bank of Britain", ucapnya.

Inggris berani mencantumkan secara eksplisit kata "Islamic" sebagai representasi lembaga keuangan dengan sistem syariah yang mengharamkan riba di dalamnya.

Sementara Indonesia masih ketakutan mencantumkan kata tersebut dan hanya berani menggunakan kata "syariah". Meski Bank Indonesia telah memiliki Islamic Bank, tetapi kata itu masih diterjemahkan sebagai bank syariah.

Tantangan yang perlu dihadapi Indonesia ke depan adalah menggerakkan bank syariah menjadi bank Islam. Pergerakan inilah, menurut Syafi’i, menjadi faktor yang sangat penting agar Indonesia dapat keluar dari permasalahan besar, yaitu rendahnya penghasilan masyarakat.

"Jika pendapatan rendah, nutrisi masyarakat akan terganggu yang berakibat pada munculnya beragam penyakit. Jika masyarakat sudah rentan terhadap penyakit maka produktivitas menjadi rendah yang lagi-lagi berakibat pada minimnya pendapatan," katanya.

Diakuinya, meski banyak bank berlogo syariah, dalam kenyataannya belum mampu menghidupkan sektor perekonomian masyarakat kecil. "Dinamakan syariah, apabila rukun dan syarat Islam terpenuhi. Namun, apabila masih melupakan pengusaha kecil dan hanya membantu pengusaha kaya, bukan Islam namanya," kata Syafi’i Antonio.

Investor Qatar dan Abu Dhabi Beli Saham Barclays

Investor Qatar dan Abu Dhabi Beli Saham Barclays
LONDON, KOMPAS.com - Investor asal Qatar dan Abu Dhabi membeli saham Barclays Bank terkait krisis keuangan global yang sampai kini masih dirasakan dampaknya. Seturut catatan pada situs alhudacibe.com, beberapa waktu lalu, investor dimaksud adalah Sheikh Mansour Bin Zayed Al Nahyan, seorang anggota keluarga kerajaan dari Abu Dhabi.

Sheikh Mansour, dalam kesempatan tersebut menyetor 12,1 miliar dollar AS atau setara dengan 7,3 miliar poundsterling. Dengan dana itu, ia menguasai kepemilikan 16,3 persen saham di Barclaiys Bank.

Sistem Keuangan Syariah untuk Hapus Marginalisasi

Sistem Keuangan Syariah untuk Hapus Marginalisasi
MARI menyimak catatan Hakim Rajinder Sachar pada 2006 yang menjadi orang nomor satu di Komite Rajinder Sachar, bentukan pemerintah India, langsung dari Perdana Menteri (PM) Manmohan Singh. Catatan itu bertajuk laporan kondisi status sosial, ekonomi, dan pendidikan komunitas Muslim di India. Tebalnya, 403 halaman.

Hal terpenting yang menjadi perhatian laporan itu adalah kenyataan bahwa komunitas Muslim di India adalah kelompok yang paling dirugikan akibat penerapan sistem finansial dan perbankan di negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua di dunia itu. Saat ini, seturut catatan sensus terakhir pada 2001, penduduk Muslim di India berjumlah 154 juta jiwa. Angka ini setara dengan 14,3 persen dari seluruh populasi. Jumlah total penduduk negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis ini adalah 1.147.995.904 jiwa menurut prediksi pada 2008.

Masih menurut Komite tadi, warga Muslim India menempati 80 persen pengeluaran finansial terkait deposito konvensional. Meski memiliki partisipasi 7,4 persen di deposito, warga Muslim India cuma dapat 4,7 persen fasilitas kredit.

Sudah begitu, warga Muslim India memiliki dana yang tidak terpakai untuk investasi sebesar 15 miliar dollar AS per tahun. Karena, warga Muslim India memiliki rasio deposito kredit 47 persen dibandingkan dengan rata-rata nasional 74 persen.

Bertolak dari laporan itulah, sekarang, India makin gencar memperkenalkan perbankan dan pembiayaan syariah. Mengutip pandangan PM Singh seperti ditulis Khaleej Times Online pada Senin (10/11), penerapan sistem keuangan syariah bisa membawa India kepada pertumbuhan inklusif. Artinya, pemerintah India yakin akan ada peningkatan pendapatan berikut status para pekerja di berbagai bidang.

Sementara H Abdur Raqeeb dari Center on Islamic Finance and National Committee on Islamic Banking mengatakan adalah hal yang bertolak belakang jika India tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan rata- rata namun negeri ini masih mempunyai sejumlah masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Apalagi tambah PM Singh, sistem keuangan syariah dipercaya mampu menjadi salah satu solusi di tengah krisis ekonomi global. "Sistem keuangan syariah bisa membuat warga Muslim India percaya mereka dapat berinvestasi," imbuh anggota majelis rendah India, Rehman Khan.

Sistem Keuangan Islam Makin Populer

Sistem Keuangan Islam Makin Populer
MEDAN,MINGGU - Sistem keuangan Islam semakin populer dan diminati negara non-Islam karena terbukti memberikan keadilan. "Kepopuleran dan minat yang tinggi kepada sistem ekonomi atau keuangan Islam itu ditandai dengan tumbuh suburnya lembaga keuangan yang menggunakan sistim syariah dan termasuk tingginya minat mempelajari ekonomi Islam itu sendiri," kata Dekan Fakultas Takaful International Centre for Education In Islamic Finance, (INCEIF) Malaysia, Prof Datuk DR Syed Othman Al Habshi, seperti dikutip dari Antara di Medan, Minggu (25/5).

Menurut Othman, sistim syariah yang menerapkan keadilan, tidak riba seperti selama ini, dewasa ini banyak diterapkan bank-bank asing dan mendapat respon positif nasabah non-muslim. INCEIF sendiri, kata dia, mulai dibanjiri mahasiswa asal negara non-Islam dari Amerika Serikat, Jepang, Korea, Hong Kong, dan Rusia yang bertujuan untuk mempelajari ekonomi/keuangan Islam.

Bahkan INCEIF diminta bekerjasama dengan berbagai univeristas di berbagai negara untuk membuka kelas untuk program itu dan kerjasama itu sudah dilakukan termasuk di Universitas Airlangga Surabaya, dan Universitas Hasanuddin, Makasar dan Universitas Indonesia, Jakarta menyusul USU yang sudah melakukan MoU. "Prinsip ekonomi Islam sudah sejajar dan bahkan lebih berkembang cepat dari prinsip konvensional dan kini menjadi alternatif utama di lembaga keuangan," katanya.

Sistem keuangan Islam diperkirakan akan terus tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan baru di bidang perekonomian dunia. Dia memberi contoh, Sukuk yang dijadikan cara untuk mengumpulkan modal juga sudah ditiru dan diterapkan di berbagai negara non-Islam seperti Jepang.

Dekan Fakultas Ekonomi USU, Jhon Tafbu Ritonga, mengatakan, pihaknya, akan mengimplementasikan MoU USU dan INCEIF itu dengan membuka kelas tersendiri bagi mahasiswa calon sarjana (S1) dan pasca sarjana (S2) dan lainnya untuk program belajar perekonomian/keuangan Islam itu.

Mari Dukung Pembuatan UU Lembaga Keuangan Mikro!

Mari Dukung Pembuatan UU Lembaga Keuangan Mikro!
JAKARTA, SABTU - Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Mulyaman Hadad mengatakan, pihaknya mendorong penyelesaian segera pembuatan Undang-Undang tentang Lembaga Keuangan Mikro (UU LKM).

"UU LKM itu kalau tidak salah sudah cukup lama disiapkan tapi belum selesai, kita ikut mendoronglah kalau ada keinginan mempercepat penyelesaian payung hukum untuk berkembangnya lembaga keuangan mikro di tengah masyarkat," katanya di sela rapat kerja nasional MES di Jakarta, Jumat (23/1).

Menurut dia, payung hukum bagi LKM itu akan membuat akses masyarakat kecil kepada lembaga keuangan akan semakin membaik. Sehingga, hal itu dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan untuk modal masyarakat kecil untuk berusaha yang selama ini tidak bisa dipenuhi.

Mulyaman mengatakan potensi pembiayaan lembaga keuangan mikro sangat besar, sebab pembiayaan dari sektor perbankan secara formal hanya 40 persen. Sisanya dipenuhi melalui sumber-sumber pembiayaan informal.

Ia menjelaskan, pendekatan keuangan mikro pada hakekatnya lebih membumi dibandingkan pendekatan formal perbankan bagi masyarakat kecil. Sebab, pendekatan keuangan mikro lebih mudah diakses serta dirasa nyaman oleh masyarakat kecil. "Di perbankan, ada kriteria kredit formal itu seperti agunan, tapi yang kecil-kecil seperti tukang bakso, tambal ban yang kayak-kayak gitu itu kan banyak yang tidak terakses lembaga keuangan formal seperti bank, kadang-kadang mereka masuk bank saja ngeri harus buka sandal dulu atau buka sepatu dulu," katanya.

Menurut dia, lembaga keuangan mikro dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar sehingga bisa membangun kontrol dan kepercayaan. Hal ini menurut dia terbukti dari kecilnya kredit macet di lembaga-lembaga keuangan mikro.

"Hubungan sosial itu kan bisa menjadi faktor kontrol. Seperti kasus di Bangladesh di Grameen Bank, saya kira mulainya dari kelompok-kelompok masyarakat kecil-kecil, kemudian kontrol sosialnya juga. Di Bali itu contoh yang bagus, ada LPKD (lembaga penjamin kredit daerah), di mana berangkat dari banjar-banjar (semacam desa) mereka saling kenal, makanya NPL-NPL (kredit macet) di model seperti itu kecil," katanya.

Ia, menambahkan lembaga keuangan mikro akan membantu program pemerintah dalam pembanguan. Alasannya, lembaga keuangan mikro dapat menjangkau masyarakat yang tidak terjangkau oleh perbankan.

Menggugah Pemahaman Keuangan Syariah di Korsel

Menggugah Pemahaman Keuangan Syariah di Korsel
JAKARTA, JUMAT — Menggugah pemahaman rakyat Korea Selatan soal pengelolaan keuangan berbasis syariah boleh jadi merupakan hal yang luar biasa. Makanya, sebuah seminar bertopik "Keuangan Syariah" menjadi yang pertama kali diselenggarakan di Negeri Ginseng itu. Catat tanggalnya, 13-14 Januari. Waktunya, tahun depan alias 2009. Harinya, Selasa dan Rabu.

Sebagai penyelenggara, IFSB atau Islamic Financial Service Board bakal mengusung lima topik selama dua hari gelaran tersebut. Dari kacamata regulator terkait kinerja industri keuangan syariah, problematika seputar proses kerja hingga struktur bisnis kala memulai usaha keuangan syariah, serta kaitan soal aspek legal dan urutan alias peringkat mengenai layanan keuangan tersebut merupakan garapan diskusi hari pertama.

Lalu, pada hari berikutnya ada ajakan untuk lebih membumi melalui studi kasus keuangan syariah termasuk penerbitan obligasi berbasis syariah atau sukuk. Terakhir, ada hubungannya dengan lokal Korsel adalah upaya yang mesti dijalankan untuk keuangan syariah kalau layanan itu dibuat di Korsel.

Seminar yang membidik peserta mulai dari regulator, praktisi finansial, hingga kalangan akademisi ini diselenggarakan gratis. Tempatnya pun terbatas. Informasi lebih lanjut silakan klik www.ifsb.org/korea yang merupakan website resmi terkait penyelenggaraan acara tersebut.

Mau Ambil KPR, Bereskan Dulu Keuangan Anda

Mau Ambil KPR, Bereskan Dulu Keuangan Anda (2)
KOMPAS.com — Berikut dua hal lain yang patut Anda perhatikan sebelum mengambil KPR sehingga Anda nyaman saat membayar cicilan setiap bulannya.

2. Usahakan memasukan sumber pendapatan Anda ke dalam rekening
Syarat utama sebuah aplikasi permohonan KPR dapat lolos verifikasi dari bank adalah Anda sebagai calon debitur harus mempunyai sumber pendapatan yang tetap.

Bila Anda saat ini bekerja sebagai pegawai swasta, biasanya gaji bulanan akan ditransfer ke rekening Anda. Rekening inilah—selain dari slip gaji—yang akan dilihat bank untuk membuktikan pendapatan tetap Anda setiap bulan.

Namun untuk Anda yang bekerja sebagai wiraswasta atau bekerja sebagai pegawai swasta dengan gaji bulanan tidak ditransfer ke rekening, hendaknya Anda memulai untuk memasukan sumber pendapat Anda tersebut ke dalam rekening bank terlebih dahulu. Langkah ini dilakukan sebelum Anda menggunakan pendapatan tersebut untuk keperluan sehari-hari.

Terekamnya sumber pendapatan Anda ke dalam rekening bank Anda membuat catatan keuangan Anda rapi sehingga dapat menyakinkan pihak bank sebagai penyalur KPR untuk meloloskan permohonan Anda.

3. Kontrol pos utang Anda yang lain
Segala pos pengeluaran dalam keuangan Anda harus terkontrol. Demikian juga dengan pos pengeluaran untuk utang. Anda perlu mengontrol pos ini supaya dapat mengatur pengeluaran secara proposional.

Sebaiknya porsi cicilan utang Anda adalah 33 persen atau 1/3 dari gaji (beberapa bank menentukan 1/3 dari take home pay) Anda setiap bulannya. Jika saat ini Anda mempunyai cicilan utang lain yang besarnya hampir mendekati 1/3 pendapatan, sebaiknya Anda mengurungkan niat untuk mengajukan KPR. Mengapa? Karena secara keuangan, Anda sebenarnya belum mampu membayar cicilan KPR. Hal inilah yang ditakutkan oleh bank karena Anda tidak bisa membayar cicilan KPR setiap bulannya. Kalau Anda paksakan, porsi utang Anda akan lebih dari 1/3 pendapatan dan mengambil porsi pengeluaran yang lain. Hal ini tentunya bisa mengganggu kenyamanan kehidupan Anda.

Bila keadaannya seperti ini, hendaknya Anda mengurangi porsi cicilan utang Anda terlebih dahulu. Setelah porsi cicilan utang yang lain berkurang dan jumlah cicilan KPR tidak lebih dari 1/3 pendapatan Anda, barulah Anda bisa mengajukan permohonan KPR.

Dengan memerhatikan 3 hal di atas, dapat diyakini bahwa Anda tidak akan mengalami kesulitan keuangan dalam pembayaran cicilan KPR kecuali ada sesuatu yang menimpa Anda, seperti terkena PHK.

Beberapa Hal yang Perlu Anda Ingat

1. Jangan mengambil jumlah cicilan KPR setiap bulannya melebihi 33 persen pendapatan Anda.
2. Ambillah cicilan dengan jangka waktu yang lama.

Perbankan Barat Harus Melihat Sistem Keuangan Islam

Vatikan: Perbankan Barat Harus Melihat Sistem Keuangan Islam
ROMA, KAMIS — Vatikan mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan. Vatikan bilang, perbankan dunia seharusnya melongok pada peraturan keuangan Islam untuk meningkatkan kembali kepercayaan para nasabahnya di tengah krisis global seperti sekarang ini.

“Prinsip yang beretika yang diusung perbankan Islam dapat mendekatkan pihak bank dengan para nasabahnya. Selain itu, spirit kejujuran harus tecermin dalam setiap jasa layanan yang diberikan,” demikian seperti yang tertulis dalam artikel harian Vatikan Osservatore Romano, Selasa (3/3) waktu setempat.

Loretta Napoleoni dan Claudia Segre, Abaxbank Spa Fixed Income Strategist, dalam artikel tersebut menulis, perbankan barat dapat menggunakan sejumlah alat, seperti obligasi syariah yang lebih dikenal dengan sukuk sebagai jaminan (collateral). “Sukuk juga dapat digunakan untuk mendanai industri otomotif atau pekan Olimpiade di London nanti,” tulis mereka.

Sebelumnya, pada 7 Oktober lalu, Paus Benedict XVI berpidato, konklusi dari hancurnya pasar finansial saat ini merefleksikan tidak ada yang abadi selain keberadaan Tuhan. Vatikan juga selalu menyoroti kondisi perekonomian global dan merilis sejumlah artikel yang mengkritik model pasar bebas yang banyak berdampak buruk dalam dua dekade terakhir ini.

Sementara itu, Editor Osservatore Giovanni Maria Vian mengatakan, “Agama yang hebat selalu memiliki atensi yang penuh terhadap dimensi perekonomian masyarakatnya.”

makalah riset akuntansi

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya suatu usaha adalah sama yaitu untuk memperoleh laba seoptimal mungkin dari usaha yang dijalankannya agar dapat dikembangkan dan dipertahankan kelangsungan hidup usaha tersebut.
Kebutuhan manusia akan informasi pada era globalisasi sangat dominan atau sangat diperlukan, melakukan ataupun mengenbangkan kegiatan yang dilakukan sehari-hari, oleh karena itu dibutuhkan suatu informasi yang memiliki nilai dan kualitas yangn dapat menunjang segala aktivitas tersebut.
Berbagai macam sumber informasi yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi diantaranya adalah media cetak dan elektronik. Untuk elektronik khususnya dunia telekomunikasi yang dapat menerima informasi dari teman, keluarga maupun dari seluruh dunia.
Telekomunikasi adalah salah satu contoh usaha yang banyak didirikan khususnya dilingkungan kampus, terminal, stasiun dan mall – mall. Didalam keadaan perekonomian sekarang ini, ada juga cabang – cabang wartel yang dibuka oleh pemiliknya. Alasannya mereka membuka cabang wartel baru yaitu untuk memperluas usaha, meningkatkan keuangan, unutk menggunakan uang simpanan sebagai modal, serta membantu pemakai wartel dalam berkomunikasi dan mendapatkan informasi yang cepat.
Dalam membuka cabang baru ini diperlukan modal yang cukup besar. Pemilik dapat memakai modal sendiri, meminjam dari bank atau bisa juga pemilik mencari investor untuk menanamkan modalnya. Investasi ini bisa saja dapat dikembalikan kepada pemiliknya dengan syarat yang telah disepakati oleh kedua pihak dengan membagi keuntungan antara pemilik usaha dan investor atau bisa disebut juga sistem bagi hasil.

Sebelum menanamkan modalnya biasanya para investor mencari tahu apakah usaha yang mereka biayai dapat mengahasilkan keuntungan atau tidak, dengan melakukan usaha uji kelayakan investasi. Dalam melakukan uji kelayakan investasi ini, perlu melihat dari beberapa aspek, seperti aspek pemasaran,aspek hukum, keuangan dan teknik. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat suatu usaha dalam aspek keuangan adalah bagaimana keadaan aliran kas (cashflow), NPV, PP, IRR, dan PI. Berdasarkan masalah diatas maka penulis ingin mengambil judul “Analisa Investasi Usaha Pada Proyek Wartel Rania.”

1.2 Perumusan masalah
Sesuai dengan judul yang penulis ambil, maka perumusan masalah dalam penulisan ini adalah seberapa besar manfaat studi kelayakan usaha pada investasi wartel.

1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membatasi ruang lingkup masalah yaitu “Analisa Investasi Usaha Pada Proyek Wartel Rania”, menggunakan empat metode analisa keuangan ( Payback Period, NPV, IRR, dan PI ) data yang digunakan adalah aliran kas tahun 2006-2007.

1.4 Tujuan penelitian
Didalam melakukan penelitian ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut, yaitu :
1. Mengetahui usulan investasi uasah pada Wartel Rania apakah diterima atau ditolak.
2. Mengetahui besarnya Payback Period, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Profitabilitas Indeks (PI).




1.5 Manfaat penelitian
Manfaat dengan diadakannya penelitian ilmiah ini :
1. Menunjang dalam proses belajar studi kelayakan proyek bagi mahasiswa.
2. sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan berinvestasi untuk pengembangan usaha bagi badan usaha tersebut.
3. sebagai bahan acuan bagi seseorang atau badan usaha lain dalam berinvestasi untuk memdirikan maupun mengembangkan usahanya.
4. sebagai contoh penelitian untuk membantu mahasiswa yang ingin melakukan suatu penelitian yang sejenis.

1.6 Metode Penelitian
Dalam penulisan ilmiah ini, penulis menganalisis data dan melakukan penelitian dgn metode penelitian dibawah ini:

1.6.1 Objek Penelitian
Objek penulisan adalah pengembangan usaha yang akan dilakukan pada “Wartel Rania” yang beralamat di Jl. Raden Saleh II Jakarta Pusat.

1.6.2 Data atau Variabel yang digunakan
Data yang digunakan penulis dalam penulisan ilmiah ini adalah :
1. Data Primer
Penulis melakukan studi lapangan dan wawancara langsung kepada pemilik dan karyawan Wartel Rania.
2. Data Sekunder
Laporan aliran kas 2006.





1.6.3 Metode Pengumpulan Data
a) Studi lapangan ( Field Research )
Suatu metode penelititan yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung objek penelitian. Dalam hal ini penulis wawancara langsung dengan pegawai dan pemilik wartel Rania.

b) Studi Pustaka ( Library Research )
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data yang telah terkumpul dengan referensi buku yang mengacu pada bidang yang berkaitan dengan studi kelayakan usaha.

1.6.4 Alat analisis yang digunakan
Metode yang digunakan oleh penulis bersifat kuantitatif yang dapat dilakukan dengan cara perhitungan yang terdiri dari :
a) Metode NPV ( Net Present Value )
b) Metode Payback Period ( PP )
c) IRR ( Internal Rate Of Return )
d) PI ( Profitabilitas Indeks )


















BAB II
LANDASAN TEORI


2.1 KERANGKA TEORI
2.1.1 PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN
Studi Kelayakan Bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak suatu usaha tersebut dijalankan.
Menurut Kasmir Studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi itu dilaksanakan. ( 2003 : 7 ).
Sedangkan menurut Suad Husnan dan Suwarsono,1999:4 Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil.
Objek yang diteliti dapat berbentuk proyek besar maupun proyek yang sederhana. Pengertian keberhasilan ini dapat diartikan berbeda-beda.
Pihak swasta : lebih berminat mengenai manfaat ekonomis suatu investasi.
Pihak pemerintahaan atau lembaga non profit : menguntungkan dalam arti yang lebih relatif seperti :
a. Manfaat bagi masyarakat luas dalam penyerapan tenaga kerja.
b. Pemanfaatan sumber daya tertentu.
c. Penghematan devisa serta penambahan devisa.
Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek menyangkut 3 aspek yaitu :
1. Manfaat ekonomis proyek tersebut lagi proyek itu sendiri (manfaat financial) dengan maksud apakah proyek tersebut menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut.
2. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi Negara tempat proyek itu dilaksanakan (manfaat ekonomi nasional).
3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut.
2.1.2 Tujuan Dilakukan Studi Kelayakan
Adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan dan menghindari resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar.
Paling tidak ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan yaitu:
1) Menghindari resiko kerugian
2) Memudahkan perencanaan
3) Memedahkan pelaksanaan pekerjaan
4) Memudahkan pengawasan
5) Memudahkan pengendalian

2.1.3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Studi Kelayakan Proyek
a. Ruang lingkup kegiatan proyek, jenis usaha dan tahapan-tahapannya.
b. Cara kegiatan proyek dilakukan baik perorangan maupun organisasi.
c. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya suatu proyek, identifikasi factor-faktor kunci keberhasilan serta teknik-tekniknya.
d. Sarana yang diperlukan oleh proyek dan fasilitas pendukung proyek seperti transportasi, jalan raya dll.
e. Hasil kegiatan proyek serta biaya-biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut.
f. Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya proyek seperti manfaat dan pengorbanaan ekonomis dan sosial.
g. Langkah-langkah rencana untuk mendirikan proyek, beserta jadwal dari masing-masing kegiatan tersebut sampai proyek investasi siap berjalan.





2.1.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Aspek-aspek dalam studi kelayakan meliputi :
1) Aspek pasar dan pemasaran
a) Permintaan dan penawaran
b) Harga
c) Program pemasaran
d) Perkiraan penjualan yang dapat dicapai oleh perusahaan (market share)
2) Aspek teknis dan produksi
a) Mengenai pertanyaan system kinerja dari persiapan diadakannya produksi.
3) Aspek keuangan
a) Dana untuk investasi
b) Sumber-sumber pembelanjaan yang aka digunakan
c) Taksiran penghasilan, biaya, laba/rugi operasi
d) Manfaat dan biaya seperti : ROR On Investasi, NPV, IRR, PI, Payback Periode dan estiminasi resiko proyek.
e) Proyeksi keuangan, neraca sumber dan penggunaaan dana.
4) Aspek manajemen
a) Manajemen dalam masa pembangunan proyek
b) Manajemen dalam operasi
5) Aspek hukum
a) Bentuk badan usaha yang akan digunakan
b) Jaminan-jaminan
c) Alat, sertifikat, izin dll.
6) Aspek ekonomi dan sosial
a) Pengaruh proyek terhadap peningkatan penghasilan Negara
b) Pengaruh proyek terhadap devisa yang dihemat dan yang diperoleh
c) Penambahan kesempatan kerja
d) Pengaruh proyek terhadap industri lain
e) Ramainya lalu lintas, penerangan listrik dll
2.1.5 Pengertian Investasi
Investasi dalam arti luas menurut William F. Sharfe adalah mengorbankan dollar sekarang untuk dollar dimasa yang akan datang.
Menurut Gitman Investasi adalah komitmen untuk mengeluarkan dana sejumlah tertentu pada saat sekarang untuk memungkinkan perusahaan menerima manfaat di waktu yang akan datang, dua tahun atau lebih.(2000 : 332)
Usulan investasi yang didasarkan menurut kategori diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Investasi pergantian, adalah penggantian aktiva yang harus sudah diganti dengan yang lain.
2. Investasi dengan penambahan kapasitas.
3. Investasi penambahan jenis produk baru, yaitu investasi untuk menghasilkan produk baru tetapi tetap memproduksi yang lama.
4. Investasi lain-lain, yaitu investasi yang tidak termasuk dalam 3 golongan diatas.

2.1.6 Pengertian Capital Budgeting
Menurut Manahan P. Capital budgeting adalah keseluruhan proses dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut lebih/ kurang dari waktu satu tahun.(2005 : 148)
Capital budgeting mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan karena :
a) Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang panjang.
b) Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan di waktu yang akan datang.
c) Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi jumlah yang besar.
d) Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran modal tersebut akan mempunyai akibat yang panjang dan berat.


2.1.7 Pengertian Cash Flow
Ada berbagai cara penilaian usul investasi didasarkan pada aliran kas (Cash Flow) dan bukan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan keuntungan tambahan bagi perusahaan dan juga perusahaan harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Setiap usulan pengeluaran modal selalu mengandung dua macam aliran kas yaitu :
1. Aliran kas keluar netto (net outflow of cash) yaitu yang diperlukan untuk investasi baru.
2. Aliran kas masuknetto tahunan (net annual inflow of cash) yaitu sebagai hasil dari investasi baru tersebut, sering pula disebut “net cash procceds” atau “procceds”.
Ada pula yang membagi ke dalam tiga kelompok, yaitu :
a. Initial cash flow (aliran kas permulaan) yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode.
b. Operational cash flow (aliran kas operasional) yaitu aliran kas yang timbul selama proyek berjalan.
c. Terminal cash flow (aliran kas terminal) yaitu aliran yang akan diterima pada akhir proyek.

2.2 Kajian Penelitian Sejenis
Kajian penelitian sejenis berisikan mengenai kajian hasil dari penelitian yang sejenis atau memiliki kesamaan topik dan variable yang akan diteliti oleh penulis.
Tujuan dari kajian penelitian sejenis ini adalah untuk mendorong mahasiswa guna menghargai hasil pemikiran dan penelitian orang lain dan juga untuk menanamkan budaya ilmiah dengan selalu mereview hasil penelitian orang lain,sebelum mahasiswa melakukan penelitian sendiri.
1. Judul : Studi Kelayakan Proyek untuk pengembangan pada Wartel Manan
Nama : Hari Purnomo
Npm : 11200503
Jurusan/jenjang : manajemen/S1
Universitas Gunadarma 2005
Objek penelitian yaitu Wartel Manan yang berlokasi di Jl. Akses UI, Kelapa Dua yang ingin mengembangkan usahanya dengan memperhitungkan dari segi aspek keuangan menggunakan metode NPV, IRR, dengan Payback Period.
Dari penelitian yang dilakukan maka diperoleh :
o Waktu pengembalian modal investasi dengan mnggunakan metode Payback Period adalah 7 bulan 9 hari yang lebih cepat dari umur ekonomisnya yaitu 5 tahun sehingga usulan pengembangan usaha yang akan dilakukan dapat diterima.
o Dengan NPV bernilai positif (+) Rp 13.576.076 berarti layak untuk diperluas.Pengembalian investasi dalam waktu 7 bulan 9 hari dan IRR sebesar 47%, berarti usul investasi perluasan usaha pada wartel dapat diterima karena IRR nya lebih besar dari suku bunga yang ditetapkan yaitu 21%.
o Melihat kondisi perkembangan dari pasar potensial, lokasi, pesaing, promosi sarana dan masalah yang dihadapi wartel menan saat ini, maka pemilik wartel merencanakan memperluas usaha yaitu menambah KBU, Mesin fax, memakai fasilitas telfon sms.
o Dari investasi sebesar (+) Rp 53.830.000 dapat diharapkan bahwa wartel Manan akan berjalan dengan baik karena modal awal ini dapat dipastikan kembali dalam jangka waktu singkat.
o Dengan cashflow sebesar Rp 228.096.000 maka dapat dilihat bahwa cashflownya adalah Rp 81.605.420 berarti modal awal dengan pendapatan berimbang layak untuk memperluas usahanya
o Melihat manfaat dari proyek wartel, strategi pemilihan lokasi mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pengembangan wartel selanjutnya.Karena saingan dari wartel sendiri yaitu telepon selular (HP)



2. Judul : Analisa Kelayakan Investasi pada Usaha Warnet “WetNet”.
Nama : Ayub Setiadi
NPM : 10200275
Jurusan/Jenjang : Manajemen /S1
Universitas Gunadarma 2002
Objek penelitian yang dilakukan adalah warnet “WetNet” berlokasi di Bogor. Data yang digunakan adalah dua tahun yang dimulai dari Mei 2000 s/d April 2002.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh :
o Jangka waktu yang diperlukan untuk menutupi investasi (payback period) yang besarnya Rp.68.950.000 adalah selama 17 bulan atau sekitar 1 tahun 5 bulan.
o NPV-nya bernilai positif sebesar Rp.23.287.567,70
o IRR-nya sebesar 48,25 % lebih besar daripada tingkat bunga 30 % yang digunakan.
o PI-nya bernilai 1,33
o Tingkat penggunaan komputer rata-rata dalam per bulan 74,12 %
Kesimpulannya :
Usaha warnet “WetNet” yang telah dijalankan tersebut layak untuk dipertahankan dan selanjutnya diteruskan mengingat keuntungan yang akan diterima oleh pemilik usaha tersebut.

2.3 Alat Analisis
2.3.1 Metode Payback Period
Payback period adalah jumlah tahun yang dibutuhkan agar pengembalian-pengembalian yang diterima menyamai jumlah yang diinvestasikan.
Sedangkan menurut Arthur J. Keown “Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan procceds atau aktiva kas (net cash flows)”. Dengan demikian Payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan akan dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh seluruhnya.

Payback period =

Jadi kriteria penilaian pada metode Payback period ini adalah :
o Jika Payback periodnya < waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut dapat diterima.
o Jika Payback periodnya > waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut ditolak.

2.3.2 Metode Net Present Value (NPV)
Metode NPV adalah metode yang memperhatikan “time value of money”, maka procceds yang digunakan dalam menghitung NPV adalah procceds atau “cash flow” yang didiskontokan atas dasar biaya modal (cash of capital) “rate of return” yang diinginkan.

NPV =

Keterangan :
At = cash flow pada period t
k = discount rate
I = PV dari outlay
n = perkiraan umur proyek

Kriteria penilaian NPV adalah :
a. Jika NPV > 0, maka investasi diterima.
b. Jika NPV < 0, maka investasi ditolak.

2.3.3 IRR (Internal Rate of Return)
Internal Rate of Return merupakan metode penilaian usul investasi yang menggunakan “discount cash flows”. IRR adalah tingkat bunga yang akan diterima (PV Future Procceds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV Capital Outlays). Pada dasarnya IRR harus dicari dengan cara “trial and error” dengan metode coba-coba.
Rumusan dari Internal Rate of Return dengan metode interpolasi adalah sebagai berikut :

IRR =

Keterangan :
rk = tingkat bunga kecil
rb = tingkat bunga besar
NPV = net present value
TPV = total present value
Metode ini diterapkan dengan prosedur :
1) Mencari nilai bersih dari investasi.
2) Apabila nilai sekarang bersih positif, maka tingkat hasil dinaikan sampai menunjukan nilai sekarang bersih negative. Atau sebaliknya apabila nilai sekarang negative, maka dicari tingkat hasil sampai nilai sekarang bersih posirtif.

Kriteria penilaian IRR adalah :
a. Jika IRR > dari suku bunga yang telah ditetapkan, maka investasi diterima.
b. Jika IRR < dari suku bunga yang telah ditetapkan, maka investasi ditolak.



2.3.4 Profitabilitas Indeks (PI)
Profitabilitas Indeks adalah menghitung antara nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang investasi.

PI =

Kriteria untuk Profitabilitas Indeks :
a. Jika PI > 1, maka investasi diterima.
b. Jika PI < 1, maka investasi ditolak.






























BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Metodologi Penelitian
3.1.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah wartel Rania yang beralamat di Jl. Raden Saleh II Jakarta Pusat.

3.1.2 Data / Variable yang digunakan
Data yang digunakan penulis dalam penulisan ilmiah ini adalah :
3. Data Primer
Penulis melakukan studi lapangan dan wawancara langsung kepada pemilik dan karyawan Wartel Rania.
4. Data Sekunder
Laporan aliran kas 2006.

3.1.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk menyusun penulisan ilmiah ini penulis menggunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu :
a) Studi Lapangan (Field Research)
Wawancara langsung dengan pemilik Wartel Rania yaitu saudari Uun dan karyawannya saudara Asep, didalam wartelnya pada kurun waktu bulan Agustus s/d Desember 2005
b) Studi Pustaka (Library Research)
Penulis membaca dan mempelajari buku-buku dan sumber-sumber bacaan lainnya yang berhubungan dengan masalah studi kelayakan.




3.1.4 Alat Analisis Yang Digunakan
1) Metode Payback Period
Payback period adalah jumlah tahun yang dibutuhkan agar pengembalian-pengembalian yang diterima menyamai jumlah yang diinvestasikan.
Sedangkan menurut Arthur J. Keown “Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan procceds atau aktiva kas (net cash flows)”. Dengan demikian Payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan akan dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh seluruhnya.

Nilai Investasi
Payback period = ——————— x 1 tahun
Proceeds

Jadi kriteria penilaian pada metode Payback period ini adalah :
o Jika Payback periodnya < waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut dapat diterima.
o Jika Payback periodnya > waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut ditolak.

o Metode Net Present Value (NPV)
Metode NPV adalah metode yang memperhatikan “time value of money”, maka procceds yang digunakan dalam menghitung NPV adalah procceds atau “cash flow” yang didiskontokan atas dasar biaya modal (cash of capital) “rate of return” yang diinginkan.

n At
NPV = ∑ ———— - I
t=0 (1 + k)

Keterangan :
At = cash flow pada period t
k = discount rate
I = PV dari outlay
n = perkiraan umur proyek

Kriteria penilaian NPV adalah :
c. Jika NPV > 0, maka investasi diterima.
d. Jika NPV < 0, maka investasi ditolak.

a. IRR (Internal Rate of Return)
Internal Rate of Return merupakan metode penilaian usul investasi yang menggunakan “discount cash flows”. IRR adalah tingkat bunga yang akan diterima (PV Future Procceds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV Capital Outlays). Pada dasarnya IRR harus dicari dengan cara “trial and error” dengan metode coba-coba.
Rumusan dari Internal Rate of Return dengan metode interpolasi adalah sebagai berikut :

NPVrk
IRR = rk + ——————— x (rb – rk)
TPVrk - TPVrb

Keterangan :
rk = tingkat bunga kecil
rb = tingkat bunga besar
NPV = net present value
TPV = total present value



Metode ini diterapkan dengan prosedur :
3) Mencari nilai bersih dari investasi.
4) Apabila nilai sekarang bersih positif, maka tingkat hasil dinaikan sampai menunjukan nilai sekarang bersih negative. Atau sebaliknya apabila nilai sekarang negative, maka dicari tingkat hasil sampai nilai sekarang bersih posirtif.

Kriteria penilaian IRR adalah :
a. Jika IRR > dari suku bunga yang telah ditetapkan, maka investasi diterima.
b. Jika IRR < dari suku bunga yang telah ditetapkan, maka investasi ditolak.






























BAB IV
PEMBAHASAN


4.1 Data dan Profile Objek Penelitian
Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, masyarakat mulai tertarik dengan yang namanya telekomunikasi. Kesadaran masyarakat mengenai komunukasi dapat memicu orang untuk mendirikan usaha wartel atau sering disebut warung telekomunikasi. Wartel adalah alat untuk berkomunikasi jarak jauh untuk mendapatkan informasi yang mungkin sangat berguna.
Dalam hal ini penulis memilih tempat sebagai bahan penelitian yaitu uasa wartel Rania yang berada di Jl.Raden saleh II Jakarta Pusat 10330. Pemilik wartel ini adalah Umi Uun.
Wartel ini berdiri sejak tahun 2000, wartel ini mempunyai fasilitas yaitu 4 unit telepon, 1 printer, I komputer. Untuk menambah layanan dalam fasilitas komunikasi, wartel Rania berniat menambah 4 unit telepon.
Dalam menghadapi perekonomian ini dalam menjalankan usaha, pemilik ingin memperluas usahanya dengan menambah bangunan, menambah investasi yang dimiliki, dan menambah peralatan yang diperlukan untuk memperluas usaha.

4.1.1 Struktur Organisasi
Wartel Rania mempuyai struktur organisasi sebagai berikut :
1. Pemilik
Adalah pendiri, dan seseorang yang sangat berperan dalam kemajuan wartel Rania ini.
2. Operator
Adalah orang yang tugasnya melayani pelanggan yang sebaik-baiknya jika pelanggan ingin membayar.


Gambar 4.1
Struktur Organisasi Wartel Rania

Sumber : Wartel Rania 2006

4.1.2 Bentuk Organisasi
Bentuk organisasi di dalam wartel adalah organisasi lini, yaitu tidak adanya batasan antara atasan dan bawahan.
Organisasi lini atau garis adalah bentuk organisasi yang di dalamnya terdapat garis wewenang yang berhubungan langsung secara vertikal antara atasan dengan bawahan.
Ciri-ciri :
1) Jumlah karyawannya sedikit.
2) Selain menejer, menejer di bawahnya hanya pelaksana.
3) Sarana dan alatnya terbatas.
4) Hubungan antara atasan dan bawahan bersifat langsung.
5) Bentuk lini pada perusahaan perorangan, pemilik perusahaan adalah Top Manajer.



Sedangkan kebaikan dan keburukan adalah sebagai berikut
Kebaikannya :
1) Atasan dan bawahan di hubungkan dengan garis komando.
2) Rasa solidaritas dan spontanitas seluruh anggota organisasi besar.
3) Proses decision making berjalan cepat.
4) Disiplin dan loyaritas tinggi.
5) Rasa saling pengertian antar anggota tinggi.
Keburukannya :
1) Tendensi gaya kepemimpinan oktokratis.
2) Pengembangan kreativitas karyawan terhambat.
3) Tujuan Top Manajer sering tidak bisa di bedakan dengan tujuan organisasi.
4) Karyawan tergantung pada satu orang dalam organisasi.

4.2 Hasil Penelitian dan Analisis
Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, masyararat banyak menggunakan telepon sebagai alat komunikasi jarak jauh.
Meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai telepon dapat memacu orang untuk mendirikan usaha wartel, karena telepon merupakan alat komunikasi jarak jauh yang efisien dan efektif. Disini penulis ingin menjelaskan bagaimana perkembangan uasaha wartel Rania pada saat ini, dengan mempunyai fasilitas 4 KBU,AC, local, Interlokal, HP.
Wartel Rania merupakan wartel yang banyak pengunjungnya dari semua kalangan, karena tempatnya dekat dengan perumahan Raden Saleh terutama lingkungan kost – kostan. Setelah pemilik melihat keadaan tersebut, maka pemilik wartel merencanakan untuk memperluas usahanya dengan membuka cabang dari wartel Rania. Untuk menyesuaikan tujuan dan visi usaha wartel Rania, maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menunjang berdirinya serta berjalannya usaha wartel ini untuk itu perlu kita pelajari atau dimengerti fartor-faktor di bawah ini :

1) Pasar Potensial
Dilihat dari situasi tempat dimana perluasan atau pengembangan wartel Rania akan didirikan wartel ini mempunyai tempat dekat dengan kost-kostan, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
2) Lokasi
Wartel yang akan diperluas adalah wartel Rania yaitu di Jl.Raden Saleh II Jakarta Pusat.
3) Pesaing
Suatu usaha jasa seperti wartel ini merupakan usaha yang dapat dikatakan banyak dapat ditemui khususnya didaerah terminal,stasiun,mall-mall, karena usaha jasa dalam bidang ini sangat membantu masyarakat akan kebutuhan informasi dan komunikasi. Penulis melihat terdapat jenis usaha wartel lain yang berhadapan dengan wartel Rania. Oleh karena itu menyimpulkan bahwa persaingan yang akan terjadi tidak akan terlalu tinggi.
4) Sarana
Sarana yang akan dimiliki untuk wartel Rania yang akan diperluas adalah sebagai berikut :
• Luas bangunan 3 x 4 m
• 1 (buah) AC
• 4 kursi
• 4 KBU
• Pesawat telepon
• 1 lemari Es

4.3 Analisis Investasi
Berdasarkan informasi data yang telah dilakukan, disarankan agar rencana untuk memperluas usaha wartel ini, memerlukan beberapa peralatan yang menunjang pengembangan tersebut. Berikut ini adalah data investasi yang diperlukan untuk memeperluas Wartel Rania:

Tabel 4.1
INVESTASI WARTEL RANIA

NO Uraian Jml Barang Harga Unit Total (Rp) Dep/thn Nilai sisa
1 Izin - - 200.000 - 0
2 Papan nama& Spanduk - - 300.000 - 0
3 Pembuatan kamar KBU 4 500.000 2.000.000 500.000/3 500.000
4 Pesawat telepon 4 100.000 400.000 200.000/2 0
5 Kursi 4 30.000 120.000 40.000/3 0
6 Pearangkat Wartel 4 6.000.000 24.000.000 12.000.000/2 0
7 Meja kasir 1 600.000 600.000 300.000/2 0
8 Kursi kasir 1 50.000 50.000 25.000/2 0
9 Komputer 1 3.500.000 3.500.000 2.000.000/1 1.500.000
10 Printer 1 500.000 500.000 165.000/3 50000
11 Jam 1 45.000 45.000 - 0
12 Stabilizier 1 1.500.000 1.500.000 600.000/2 300000
TOTAL 33.215.000 15.830.000

Dengan investasi Rp. 33.215.000,- dapat diharapkan bahwa, wartel rania ini akan berjalan dengan baik, karena modal awal ini dapat dipastikan kembali dalam jangka waktu singkat.


Aliran Kas Bersih
Wartel buka dalam 1 hari 13 jam, pemakaian efektif 2,75 jam dari buka
LOKAL:
2,75 jam x 70 % = 1,9 jam
= 115 menit
= 1 menit = 1 pulsa
Pulsa wartel = Tarif Rp 275 / pulsa
= Total pulsa lokal = 115 pulsa
= Pendapatan lokal = 115 x Rp 275 = 31.625 (KBU)
Total pendapatan dari 4 KBU = 4 x Rp 31.625 = Rp 126.500

HP dan Interlokal :
2,75 jam x 30 % = 0.825 jam
= 50 menit
HP / menit = Rp 1000 x 50 menit = 50.000 (KBU)
4 KBU = 4 x Rp 50.000 = Rp 200.000
Jadi penghasilan seluruhnya dari 4 KBU :
1 hari = Rp 126.500 + Rp 200.000 = Rp 326.500
1 bulan = Rp 326.500 x 30 = Rp 9.795.000
1 tahun = Rp 9.795.000 x 12 = Rp 117.540.000




Biaya telepon :
Perbandingan pulsa telepon wartel dan telkom 1 : 2
Local 115 / 2 = 57 pulsa
Rp 275 x 57 = Rp 15.675
HP dan Interlokal
50 / 2 = 25 pulsa
Rp 1000 x 25 = Rp 25.000
Jadi, Rp 15.675 + Rp 25.000 = Rp 40.675
4 KBU = 4 x Rp 40.675 = Rp 162.700
Dari pendapatan telkom dan pengusaha dengan bagi hasil 80 % : 20 %. 80 % untuk telkom dan 20 % untuk pengusaha.
Jadi biaya telepon ke telkom = Rp 162.700 x 80 %
1 hari = Rp 130.160
1 bulan = Rp 130.160 x 30 = Rp 3.904.800
1 tahun = Rp 3.904.800 x 12 = Rp 46.857.600









ALIRAN KAS MASUK DAN KAS KELUAR :
Taksiran pendapatan ( cash flow ) Rp 117.540.000
Taksira biaya operasi :
Bi. HP dan lokal ke telkom Rp 46.857.600
Bi. Gaji 2 karyawan
@ Rp 400.000 = Rp 800.000 x 12 Rp 9.600.000
Bi. Sewa Tempat Rp 10.000.000
Bi. Listrik Rp 375.000 x 12 Rp 4.500.000
Bi. Maintenance Rp 300.000 x 12 Rp 3.600.000 +
Total Rp 74.557.600
Depresiasi Rp 15.830.000 -
Total Rp 58.727.600
EBIT Rp 58.812.400
PTKP (K/2) Rp 15.600.000
EAT Rp 43.212.400

Taksiran Penghasilan (total cash flow) Rp 43.212.400

Tingkat Kelayakan Usaha
Untuk mengetahui apakah dengan modal Rp 33.215.000 . Investasi dapat mengalami keuntungan atau kerugian ataupun usaha ini dapat diperluas. Untuk dapat mengetahuinya yaitu dengan cara NPV, PP, IRR, PI.



4.3.1 Payback Period
PP =
PP =
PP = 9,22 ( 9 bulan 6 hari )
Dalam waktu 9 bulan 6 hari wartel ini dapat mengembalikan investasinya, maka usaha ini layak untuk tetap dilaksanakaan dan diperluas.

4.3.2 Net Present Value (NPV)
Untuk mencari NPV, penulis menggunakan tingkat suku bunga sebesar 12 %. Maka perhitungannya sebagai berikut :
PV Procceds = 0,8928 x Rp 43.212.400 = Rp 38.580.030
PV Outlay = Rp 33.215.000 -
NPV Rp 5.365.030
Karena NPV diketahui hasilnya positif, maka usaha ini layak untuk diperluas.

4.3.3 Internal Rate of Return (IRR)

Jumlah investasi = Rp 33.215.000
Jumlah Procceds = Rp 43.212.400



Untuk menghitung IRR, penulis mencoba dengan tingkat suku bunga sebesar 31 % untuk PV dari Proceeds. Dengan menggunakan bantuan dari :
PV Proceeds = 0,7633 x Rp 43.212.400 = Rp 32.984.024
PV outlay = Rp 33.215.000 -
NPV2 = Rp - 230.976
31 % - 12 %
R = 12 % - Rp 5.365.030
Rp – 230.976 – Rp 5.365.030

= 12 % - Rp 5.365.030 (19)
Rp – 5.596.006
= 15 % - Rp 101.935.570
Rp – 5.596.006
= 12 % + 18,21 %
= 30,21 %

Dari hasil perhitungan IRR sebesar 30,21 %, berarti usulan investasi perluasan usaha atas wartel Rania dapat diterima karena IRRnya lebih besar dari bunga yang ditetapkan yaitu 12 %.






4.3.4 Profitabilitas Indeks
PI =
=
= 1,3
Jadi investasi layak dan dapat diterima karena nilai Profitability Indeks lebih besar dari 1 (satu).

tugas riset akutansi

PENGARUH BUDAYA ETIS ORGANISASI DAN ORIENTASI ETIKA TERHADAP SENSITIVITAS ETIKA
June 4, 2010 | Posted by joernal
Teori Perkembangan Moral Kognitif
Pendekatan perkembangan kognitif pertama kali dikemukakan oleh Dewey (Kohlberg 1971, 1977). Selanjutkan dikembangkan lagi oleh Peaget dan Kohlberg (Freankel, 1977; Hersh, et. al. 1980). Ada enam tingkatan dalam Teori Kohlberg (Ponemeon, 1992). Dalam dua tahap pertama dari perkembangan moral, disebut dengan Pre-coventional, orang-orang (biasanya anak-anak) membuat keputusan-keputusan moral berdasarkan pada imbalan dan hukuman. Tahap tiga dan empat disebut Conventional, dalam tahap ini seseorang sudah memperhatikan aturan-aturan sosial dan kebutuhan-kebutuhan sesama. Tahap kelima dan keenam disebut Post-conventional, dimana kebaikan bagi masyarakat telah dimasukkan dalam pemikiran moral.
Trevino (1986) menitikberatkan Teori Kohlberg dalam mengidentifikasi pengaruh individu terhadap keputusan etis, tetapi berbeda dengan Ferrel dan Gresham (1986); Hunt dan Vitell (1986) yang memasukkan variabel personal value dalam pengambilan keputusan. Meskipun demikian, Trevino (1986); Hunt dan Vitell (1986) secara jelas menjelaskan bahwa budaya etis organisasi sebagai faktor organisasional yang berpengaruh pada perilaku etis seseorang.
Budaya Etis Organisasi
Budaya organisasi pada intinya merupakan sebuah sistem dari nilai-nilai yang bersifat umum. Adapun nilai-nilai personal mulai dikembangkan pada saat awal kehidupan, seperti halnya kepercayaan pada umumnya, tersusun dalam sistem hirarki dengan sifat-sifat yang dapat dijelaskan dan diukur, serta konsekuensi-konsekuensi perilaku yang dapat diamati (Douglas et.al, 2001).
Sistem nilai umum yang dijelaskan oleh Ouchi (1919, 1980) adalah bagian dari keseluruhan budaya organisasi. Nilai-nilai tersebut merupakan inti dari budaya organisasi yang tercermin dalam praktek organisasi. Persepsi terhadap budaya organisasi didasarkan pada kondisi-kondisi yang dialami seseorang dalam organisasinya, seperti penghargaan, dukungan, dan perilaku yang diharapkan diperoleh di organisasi.
Orientasi Etika
Menurut Forsyth (1980) yang juga didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya dalam bidang psikologi (Hogan, 1970; Kelman & Lawrence, 1972; Kohlberg, 1976) membuktikan bahwa orientasi etika dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme. ldealisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral. Sedangkan relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis. Kedua konsep tersebut bukan merupakan dua hal yang berlawanan tetapi lebih merupakan skala yang terpisah, yang dapat dikategorikan menjadi empat klasifikasi sikap orientasi etika : (1) Situasionisme, (2) Absolutisme, (3) Subyektif dan (4) Eksepsionis
Penelitian Hunt dan Vitell (1984) yang dilakukan pada manajemen pemasaran mendukung adanya hubungan orientasi etika dengan faktor eksternal seperti lingkungan budaya, lingkungan industri atau perusahaan, lingkungan organisasi dan pengalaman pribadi yang merupakan faktor interna lindividu tersebut. Kemudian Finn et al. (1988) mengembangkan basil penelitian Hunt dan Vitell dengan menggunakan skala idealisme dan relativisme dari Forsyth, dimana lingkungan budaya dan pengalaman pribadi diasumsikan membentuk orientasi etika.
Sensitivitas Etika
Kemampuan seorang profesional untuk berperilaku etis sangat dipengaruhi oleh sensitivitas individu tersebut. Faktor yang penting dalam menilai perilaku etis adalah adanya kesadaran para individu bahwa mereka adalah agen moral. Kesadaran individu tersebut dapat dinilai melalui kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etis dalam suatu keputusan yang disebutkan sebagai sensitivitas etika (Velasque dan Rostankowski, 1985). Rest (1983) mengajukan model atau rerangka analisis empat komponen kerangka kerja untuk meneliti pengembangan proses berpikir moral individual dan perilaku individu dalam mengambil keputusan dimana tiap komponen tersebut mempengaruhi perilaku moral dan kegagalan pada komponen dapat menyebabkan perilaku yang tidak etis.

tugas riset akuntansi

INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CULTURE AND ETHICAL SENSITIVITY TO ETHICS ETHICS ORIENTATION
June 4, 2010 | Posted by joernal
Cognitive Theory of Moral Development
Cognitive development approach initially proposed by Dewey (Kohlberg 1971, 1977). Selanjutkan Peaget and further developed by Kohlberg (Freankel, 1977; Hersh, et. Al. 1980). There were six levels in the theory of Kohlberg (Ponemeon, in 1992). In the first two stages of moral development, called the Pre-coventional, people (usually children) to make moral decisions based on rewards and punishments. Stage three and four is called Conventional, in this stage one has noticed the social rules and the needs of others. The fifth and sixth stage is called the Post-conventional, where the good of the community have been included in moral thinking.
Trevino (1986) emphasizes the influence of Kohlberg's theory in identifying the individual for ethical decisions, but differs by Ferrell and Gresham (1986), Hunt and Vitell (1986) that include variables of personal values in decision making. However, Trevino (1986), Hunt and Vitell (1986) clearly explains that the organization's ethical culture as organizational factors that influence on a person of ethical behavior.
Organizational Ethical Culture
Organizational culture is essentially a system of values which are general. The personal values were developed at the beginning of life, as well as the belief in general, arranged in a hierarchical system with properties that can be described and measured, and the consequences of behavior can be observed (Douglas et.al, 2001).
Common value system described by Ouchi (1919, 1980) is part of the overall organizational culture. Those values are the core of organizational culture that is reflected in organizational practices. Perceptions of organizational culture based on the conditions experienced by a person in the organization, such as appreciation, support, and the expected behavior is obtained in the organization.
Ethics Orientation
According to Forsyth (1980), which is also supported by previous studies in psychology (Hogan, 1970; Kelman & Lawrence, 1972; Kohlberg, 1976) proved that the ethical orientation is controlled by two characteristics of idealism and relativism. ldealisme refers to something that is trusted by individuals with consequences that are owned and wanted not violate moral values. Whereas relativism is an attitude of rejection of moral values in directing the absolute ethical behavior. Both these concepts are not two opposites but rather a separate scale, which can be categorized into four classifications ethical orientation attitudes: (1) Situasionisme, (2) absolutism, (3) Subjective and (4) Eksepsionis
Research Hunt and Vitell (1984) conducted on marketing management to support the existence of ethical orientation relationship with external factors such as cultural environment, environmental or industrial companies, environmental organizations and the personal experiences of the internal factors such lindividu. Then Finn et al. (1988) developed this study, Hunt and Vitell using scales of idealism and relativism of Forsyth, where the cultural environment and personal experiences are assumed to form the ethical orientation.
Ethical Sensitivity
Ability to behave in an ethical professional is strongly influenced by the sensitivity of the individual. An important factor in assessing ethical behavior is an awareness of the individuals that they are moral agents. Awareness of these individuals can be assessed through the ability to recognize the existence of ethical values in a decision described as ethical sensitivity (Velasque and Rostankowski, 1985). Rest (1983) propose a model or framework analysis of the four components of the framework for examining the development of individual moral thought processes and behavior of individuals in making decisions which affect each component of moral behavior and failure of components can lead to unethical behavior.